Berita  

Banten Sebagai Sarana Pemujaan dan Ungkapan Rasa Syukur di Bali

Dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, banten atau sesajen menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap upacara adat. Banten tidak hanya berfungsi sebagai sarana pemujaan, tetapi juga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Melalui banten, masyarakat Bali berusaha mencapai keseimbangan dan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Setiap jenis banten memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda, tergantung pada konteks upacara yang dilaksanakan.

Salah satu jenis banten yang sering dijumpai adalah banten canang, yang terdiri dari bunga-bungaan, daun sirih, dan lainnya. Banten canang merupakan persembahan harian yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Banten jenis ini biasanya ditempatkan di tempat-tempat suci atau di rumah-rumah warga.

Selain banten canang, terdapat pula jenis banten lainnya, seperti banten pejati, yang biasanya digunakan dalam upacara-upacara besar, seperti hari raya Galungan dan Kuningan. Banten pejati terdiri dari beragam komponen, seperti nasi, lauk-pauk, buah-buahan, dan lainnya, yang disusun dalam satu kesatuan.

Pembuatan banten sendiri merupakan sebuah proses yang penuh makna. Mulai dari pemilihan bahan, penyusunan, hingga penempatan banten di tempat yang telah ditentukan, semuanya dilakukan dengan penuh kesungguhan dan kesadaran spiritual. Banten menjadi simbol keterkaitan antara manusia, alam, dan Tuhan, serta menjadi sarana untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat Bali.

Exit mobile version