Dunia motor antik di Indonesia tidak hanya menarik bagi para pecinta sejarah dan nostalgia, tetapi juga menjadi incaran bagi para kolektor yang menganggapnya sebagai investasi berharga. Harga fantastis yang ditawarkan oleh beberapa motor klasik membuat fenomena ini semakin menarik perhatian.
Salah satu contoh yang paling mencolok adalah motor DKW buatan Jerman di era 1950-an. Beberapa unit langka dari merek ini dapat dihargai hingga ratusan juta rupiah di pasar kolektor. Kondisi prima dan keunikan desainnya menjadikan motor DKW sebagai incaran utama para kolektor kendaraan klasik di Indonesia.
Tidak hanya motor asing, motor-motor lokal buatan dalam negeri juga memiliki nilai jual yang tinggi. Moped Garuda, Rajawali, dan Bima yang masih terawat dengan baik dapat dihargai hingga puluhan juta rupiah. Keunikan dan kelangkaan unit-unit ini membuat mereka menjadi aset yang berharga bagi para kolektor.
Fenomena harga fantastis motor antik ini juga terjadi pada merek-merek legendaris dari Inggris, seperti Norton. Salah satu unit Norton yang pernah digunakan dalam balapan bergengsi di tahun 1960-an dikabarkan terjual dengan harga hingga 1 miliar rupiah. Tentu saja, kondisi prima dan rekam jejak historis motor ini menjadi faktor utama yang menentukan harga jualnya yang sangat tinggi.
Selain nilai historis dan kelangkaan, faktor lain yang juga mempengaruhi harga motor antik adalah kondisi dan tingkat restorasi. Motor-motor klasik yang berhasil dipulihkan ke kondisi asli atau bahkan melebihi kondisi pabrik biasanya akan dihargai lebih tinggi. Para kolektor rela mengeluarkan dana besar untuk mendapatkan motor-motor dengan kualitas terbaik.
Fenomena harga fantastis motor antik ini tidak hanya menarik perhatian para kolektor dalam negeri, tetapi juga mengundang minat dari kolektor internasional. Beberapa motor klasik Indonesia bahkan telah menjadi incaran para kolektor dari luar negeri yang menghargai nilai historis dan keunikan desainnya.
Di satu sisi, tingginya harga motor antik menjadi tantangan tersendiri bagi pecinta otomotif klasik dalam negeri. Namun di sisi lain, fenomena ini juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat perdagangan motor antik di Asia Tenggara. Upaya pelestarian dan promosi motor-motor klasik tanah air menjadi kunci untuk mewujudkan hal tersebut.