Pada tanggal 26 November 2024, Komisi Kode Etik Polri (KKEP) resmi memberikan sanksi pemecatan kepada AKP Dadang Iskandar, mantan Kepala Bagian Operasional Polres Solok Selatan, setelah terlibat dalam insiden penembakan yang menewaskan rekannya, AKP Ryanto Ulil Anshar. Keputusan ini mencerminkan komitmen Polri untuk menegakkan disiplin dan etika di lingkungan kepolisian.
Kronologi Insiden Penembakan
Insiden tragis ini terjadi pada dini hari di parkiran Polres Solok Selatan. Menurut keterangan yang diperoleh, AKP Ryanto sedang mengambil ponselnya dari mobil ketika tiba-tiba AKP Dadang mendekatinya dan menembaknya dari jarak dekat. Tembakan tersebut mengenai pelipis dan pipi Ryanto, dan meskipun segera dilarikan ke rumah sakit, nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Dalam sidang etik yang berlangsung di Mabes Polri, Inspektur Jenderal Sandi Nugroho menyatakan bahwa tindakan Dadang adalah perbuatan tercela yang tidak dapat ditoleransi. “Kami memutuskan untuk memberhentikan tidak dengan hormat sebagai anggota Polri,” ungkapnya setelah sidang.
Tanggapan Pihak Kepolisian
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan penyesalan mendalam atas kejadian ini. Ia menegaskan bahwa tindakan kekerasan di dalam institusi kepolisian harus ditindak tegas. “Kasus ini telah mencederai citra kepolisian, dan kami tidak akan mentolerir pelanggaran yang merusak integritas institusi,” tuturnya dalam konferensi pers.
Sigit juga menambahkan bahwa Polda Sumbar telah mendapatkan asistensi dari Bareskrim Polri untuk mengusut tuntas motif di balik penembakan tersebut. “Kami akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan,” tegasnya.
Dampak Terhadap Lingkungan Polri
Peristiwa ini tidak hanya mengguncang Polres Solok Selatan, tetapi juga seluruh jajaran Polri. Banyak anggota kepolisian yang merasa khawatir dan mempertanyakan keselamatan mereka di lingkungan kerja. “Kami harus lebih berhati-hati, ini adalah pelajaran berharga bagi kita semua,” ujar salah satu anggota Polri yang enggan disebutkan namanya.
Situasi ini juga memicu diskusi mengenai pentingnya pelatihan dan pengawasan di internal kepolisian. Beberapa pakar menyarankan agar Polri meningkatkan pelatihan psikologi bagi anggotanya untuk mencegah tindakan kekerasan di masa depan.
Penutup
Kasus penembakan ini menjadi sorotan publik dan media. Banyak yang berharap agar kejadian serupa tidak terulang. Masyarakat menunggu langkah-langkah konkret dari Polri untuk meningkatkan disiplin dan etika di dalam institusi. Sementara itu, keluarga korban berharap agar keadilan dapat ditegakkan secepatnya.